Kamis, 03 Juli 2014

SIMULASI COMPUTER ASSISTED TEST (CAT) 2014

JAKARTA - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) kembali akan menggelar simulasi Computer Assisted Test (CAT) untuk CPNS di sejumlah kota besar. Kamis dan Jumat, tanggal 3 - 4 Juli 2014, simulasi CAT akan digelar di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat.

Simulasi CAT yang sudah dilakukan sebelumnya, yakni dua kali di Jakarta dan sekali di Bogor, dalam acara job fair. Dari tiga kegiatan tersebut, tampak antusiasme masyarakat begitu tinggi. Hal itu dapat dipahami, mengingat tahun ini tes kompetensi dasar (TKD) CPNS akan menggunakan sistem CAT seluruhnya.

Menyadari kenyataan itu, Kementerian PANRB dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) akan melakukan simulasi CAT di sejumlah kota besar di tanah air.  Setelah Bandung, simulasi CAT akan digelar di Semarang pada tanggal 12 Juli. Kemudian pada  14 Juli di Denpasar, 16 Juli di Surabaya, 18 Juli di Makassar, dan pada 22 Juli 2014 diadakan di Medan.

Dengan mencoba simulasi CAT, diharapkan para peserta menjadi familier ketika nantinya mengikuti tes CPNS. Lebih dari itu, diharapkan calon peserta juga bisa lebih berkonsentrasi dan mempelajari kisi-kisi yang akan diujikan dalam tes.

Materi tes kompetensi dasar (TKD) terdiri dari 3 kelompok soal. Kelompok pertama adalah wawasan kebangsaan, yang meliputi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Sedangkan kelompok kedua adalah karakteristk pribadi, yakni integritas diri, semangat berprestasi, kreativitas dan inovasi, orientasi pada pelayanan dll. Adapun kelompok soal ketiga adalah intelegensia umum, yang, meliputi  kemampuan verbal, kemampuan numerik, kemampuan berpikir logis, kemampuan berpikir analitis. 
Dari pengalaman simulasi CAT di Bogor, banyak peserta yang tidak bisa memenuhi passing grade, padahal secara kumulatif nilainya  tinggi. Umumnya, mereka unggul di salah satu kelompok soal, tetapi jatuh di kelompok soal lainnya. “Ini harus menjadi perhatian. Usahakan agar masing-masing kelompok soal memenuhi passing grade, dengan skor maksimal,” ujar Menteri PANRB Azwar Abubakar.
Pemerintah yakin, penerapan sistem CAT akan menjamin pelaksanaan seleksi Calon Pegawai Negeri sipil (CPNS) yang kompetitif, obyektif, transparan dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Selain simulasi CAT, dalam kegiatan tersebut  Kementerian PANRB juga menyampaikan berbagai informasi terkait dengan penyelenggaraan seleksi CPNS tahun 2014.

Rencana kebijakan pengadaan CPNS 2014 sekarang akan dibuka 100 ribu formasi pegawai yang terdiri dari 65 ribu PNS dan 35 ribu Pejabat Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Tahun ini ada 464 instansi yang mendapatkan persetujuan prinsip formasi, yakni 59 kementeian/lembaga, dan 405 pemerintah daerah yakni 28 provinsi dan 377 kabupaten/kota. Ada 18 K/L, 6 provinsi dan 132 kabupaten/kota yang tidak mengajukan usul formasi atau karena bahan usulan tidak lengkap.

Pendaftaran seleksi CPNS 2014 akan dialaksanakan pada bulan Juli dan TKD mulai Agustus 2014. Pendaftaran dilakukan secara online, dengan sistem single entry. Pelamar dapat memilih tiga pilihan jabatan pada satu instansi.

Selain itu, persyaratan pendaftaran juga dipermudah, karena saat mendaftar tidak diperlukan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat keterangan Sehat dan kartu kuning. Persyaratan administrative itu baru diserahkan jika pelamar dinyatakan diterima menjadi CPNS. Dalam seleksi CPNS tahun 2014 ini juga membuka lowongan sebesar 5 persen untuk bagi sarjana dari berbagai jurusan, atau lintas jurusan. (Gin/HUMAS MENPANRB)

Rabu, 02 Juli 2014

SARAPAN PAGI di SUPM BONE

Seperti biasa setiap pagi sebelum pukul 7.00 kira kira 20 atau 15 menit sebelumnya siswa/i SUPM Bone antri untuk kegiatan makan pagi.
Makan pagi adalah salah satu kegiatan rutin yang harus diikuti oleh siswa/i SUPM Bone, pada kegiatan ini siswa/i diperiksa kehadirannya di ruang makan dan peralatan makan yang dibawanya
Kegiatan makan pagi merupakan rangkaian kegiatan siswa/i setelah beberapa kegiatan pagi lain yang rutin dilakukan antara lain bangun dan shalat shubuh berjamaah, olah raga pagi bersama dan bersih bersih kampus.
Makan pagi berlangsung selama kurang lebih 15 sampai 20 menit dan kegiatan ini harus dilaksanakan tepat waktu karena pada pukul 07.30 seluruh siswa harus mengikuti kegiatan apel pagi / penaikan bendera dan dilanjutkan dengan proses belajar mengajar
Menu makan pagi yg paling sering adalah nasi putih, telur ceplok/dadar, mie goreng atau tumis sawi tambah teh manis atau susu
Setelah selesai makan pagi biasanya siswa/i SUPM Bone menyempatkan diri menggosok gigi sebelum menuju ke lapangan apel untuk mengikuti kegiatan apel pagi

TES PENERIMAAN SISWA BARU SUPM BONE 2014

Dalam rangka menyaring siswa/i baru yang akan masuk dan menempuh pendidikan selama 3 tahun di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Bone, pada hari Selasa 1 Juli dan Rabu 2 Juli 2014 pihak sekolah melaksanakan tes Penerimaan Siswa Baru (PSB) yang terbagi menjadi tiga bagian yakni tes akademik, tes wawancara dan tes kesehatan, 
Dalam tes akademik yang dilaksanakan pada hari Selasa 1 Juli 2014 calon siswa diuji dengan cara menjawab 100 soal yang terdiri dari 25 soal Bahasa Indonesia, 25 soal Bahasa Inggris, 25 soal Matematika dan 25 soal Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terpadu, peserta tes yang berjumlah kurang lebih 350 orang di bagi kedalam 10 ruang tiap tiap ruangan terdiri dari 35 orang, calon siswa di beri waktu selama 180 menit atau 3 jam yang dimulai pada pukul 08.00 WITA dan berakhir pada pukul 11.00 WITA
Pada hari kedua yakni hari Rabu 2 Juli 2014  dilaksanakan tes wawancara yang juga di bagi ke dalam 10 ruangan setelah mengikuti tes wawancara calon siswa mengikuti tes kesehatan yang dilaksanakan di aula SUPM Negeri Bone setiap calon siswa baru diperiksa telinga, mata dan kesehatan umumnya oleh 2 orang dokter yang telah disiapkan oleh sekolah, dokte tersebut merupakan dokter yang selama ini menangani siswa siswi SUPM Bone jika mengalami gangguan kesehatan selama menempuh pendidikan di SUPM Bone tes dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 15.00 WITA

MAKNA PUASA RAMADHAN

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang_orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari_hari yang lain. dan wajib bagi orang_orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan_penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari_hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk_Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. [QS. Al_Baqarah (2): 183-185]
Allah subhanahu wa ta’ala telah mengutamakan sebagian waktu melebihi yang lain dan menuliskan sebagian hari dan malam di atas hari dan malam yang lain,[1] serta menjadikannya sebagai dagangan yang menguntungkan bagi hamba_Nya yang mukmin. Allah subhanahu wa ta’ala juga memilih sesuatu yang dikehendaki_Nya. Allah memilih tempat yang dikehendaki_Nya, pilihan_Nya sendiri ada yang menjadi Rasul, pemimpin negara, gubernur, walikota, kepala sekolah, cendikiawan, dan sebagainya. Allah subhanahu wa ta’ala memilih gua Hira’ yang dikehendaki-Nya sebagai tempat pertemuan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Malikat Jibril ‘Alaihissalam. Kemudian Allah juga memilih Makkah Al_Mukarramah yang dikehendaki_Nya sebagai kiblat kaum Muslimin dan memilih juga kota Madinah sebagai basis pertahanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menyebarkan risalah Ilahi.
Selain hal-hal di atas, Allah subhanahu wa ta’ala juga telah memilih bulan suci ramadhan sebagai bulan kemuliaan yang di dalamnya terdapat begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh umat Islam, baik yang akan dirasakan dalam kehidupan di dunia terlebih lagi di kehidupan akhirat kelak.
Dalam Islam bulan Ramadhan mempunyai makna yang istimewa dan kedudukan yang mulia. Banyak kejadian atau peristiwa penting yang terjadi pada bulan ini.[2] Sehingga sudah seharusnya kita memaknai bulan suci Ramadhan ini dengan berbagai amal kebajikan, di antaranya adalah puasa selama bulan Ramadhan.
A. PENGERTIAN PUASA RAMADHAN
Puasa (shaum), menurut bahasa Arab artinya menahan dari segala sesuatu, seperti menahan tidur, menahan berbicara, menahan makan, dan sebagainya.[3] Hal yang serupa dikatakan oleh Usamah Abdul Aziz bahwa puasa (shaum) pada dasarnya berarti menahan diri dari melakukan suatu perbuatan, baik makan, berbicara maupun berjalan. Oleh karena itu, kuda yang tidak mau berjalan atau memakan rumput disebut shaim (kuda yang tidak mau berjalan). Penyair berkata, “Khailun Shiyaamuw wa Ukhro Ghairu Shaaimatin” artinya kuda_kuda ini tidak mau berjalan dan kuda_kuda yang lain mau berjalan.[4]
Sedangkan puasa (shaum) menurut istilah agama Islam adalah amal ibadah yang dilaksanakan dengan cara menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari disertai dengan niat karena Allah dengan syarat dan rukun tertentu.[5] Namun ada yang mengatakan bahwa puasa (shaum) adalah bentuk menahan yang khusus pada waktu yang khusus dengan cara yang khusus pula.[6] Adapun pengertian Ramadhan adalah pembakaran.[7] Istilah Ramadhan telah menjadi nama salah satu bulan dalam sistem penanggalan Hijriyah.
Dengan demikian, puasa Ramadhan adalah amal ibadah yang dilakukan dengan cara menahan yang khusus, yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa pada waktu yang khusus yaitu selama bulan Ramadhan mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari disertai niat karena Allah dengan syarat dan rukun tertentu..
B. KEWAJIBAN PUASA RAMADHAN
Puasa Ramadhan mulai diwajibkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala atau umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Sya’ban, satu setengah tahun setelah hijrah. Ketika itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam baru diperintahkan untuk mengalihkan kiblat dari Baitul Maqdis di Yerusalem ke Masjidil Haram di Makkah. Adapun perintah untuk melaksanakan puasa terdapat dalam Alquran surat Al_Baqarah ayat 183 yang berbunyi,
“Hai orang_orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang_orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” [QS. Al_Baqarah (2): 183] [8]
Kemudian, dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan jika dia memasuki bulan Ramadhan dan Ramadhan ini telah berlalu sebelum dia diampuni.” [HR. At_Tirmidzi, Ahmad, Al_Hakim, dan Ibnu Hibban] [9]
C. PUASA DAN TAQWA
Di dalam Islam, puasa Ramadhan mempunyai tujuan dalam rangka taqwa kepada Allah Ta’ala sebagaimana dijelaskan pada akhir ayat yang berbunyi “agar kamu bertaqwa.” Adapun pengertian taqwa adalah menjaga diri dari perbuatan yang menyebabkan kemurkaan Allah dan perbuatan yang bisa mendatangkan siksa_Nya. Cara yang ditempuh untuk merealisasikan hal itu adalah dengan menjalankan perintah_perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan_Nya. Juga menjaga jiwa dari perbuatan_perbuatan dosa dan hawa nafsu, serta membersihkan diri dari berbagai macam prilaku (akhlaq) tercela.[10]
Seseorang yang menjalankan puasa Ramadhan harus mengekang diri dari tuntutan biologis, seperti makan, minum, melakukan hubungan suami istri, demi menjalankan printah Allah subhanahu wa ta’ala.
Tentu saja seseorang yang harus mengekang dirinya akan merasa berat, walaupun dilakukan demi menjalankan perintah Allah. Sepanjang bulan suci Ramadhan ia harus menahan diri dengan penuh kesabaran dan menyadari bahwa Allah selalu mengawasinya. Seandainya rasa takut terhadap larangan Allah dalam meninggalkan puasa tidak ada pada dirinya, maka ia tidak akan tahan melakukan puasa Ramadhan. Tentu saja dengan membiasakan diri dalam hal ini, akan tertanam dalam jiwanya rasa ikhlash dalam menjalankan perintah Allah, dan rasa malu jika melanggar larangan-larangan_Nya.
Puasa Ramadhan juga dapat menempa iman seseorang, sehingga kuat laksana baja dalam menghadapi hawa nafsu dan kebiasaan_kebiasaan yang membahayakan. Selain itu juga, puasa Ramadhan dapat mendidik jiwa untuk bertaqwa kepada Allah dan taat melaksanakan perintah-perintah_Nya. Kemudian, puasa Ramadhan dapat melindungi diri dari kemauan hana nafsu atau melaksanakan hal_hal yang telah diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Itulah hakikat tujuan puasa Ramadhan dan buah yang akan dipetik oleh pelakunya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai berikut: “Puasa adalah benteng (dari perbuatan maksiat), apabila salah seorang di antara kamu melakukan puasa, maka janganlah berbicara kotor dan jangan berlaku seperti orang bodoh. Jika ada yang mencari atau mengajak bertengkar, maka katakanlah, ‘Saya sedang puasa, saya sedang puasa’.” [HR. Bukhari]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda, “Barangsiapa tidak mau meninggalkan perkataan bohong dan melakukan perbuatan tercela, maka Allah tidak membutuhkan lagi puasanya.” [HR. Bukhari]
Sabda Nabi Muhammad shalalallahu ‘alaihi wa sallam di atas, memberikan penjelasan kepada kita bahwa yang dimaksud dengan puasa tidak sekedar menahan lapar dan dahaga. Bahkan lebih dari itu, ia harus mengekang nafsu syahwat dan memadamkan api kemarahan serta menundukkan nafsu amarahnya untuk taat kepada Allah. Apabila syarat_syarat yang telah saya sebutkan tadi tidak terpenuhi pada diri seseorang yang melakukan puasa, maka Allah tidak akan memperdulikan lagi puasanya.
D. PUASA DAN KEBAIKAN
Puasa adalah jalan menuju kebaikan. Apabila seorang yang kaya melakukan ibadah puasa Ramadhan, maka ia akan merasakan sengatan rasa lapar. Dengan demikian, ia akan merasakan belas kasihan terhadap kaum fakir miskin yang selalu mengalami rasa lapar karena hidup mereka serba kekurangan. Oleh karenanya, sebagai kifarah orang yang tidak mampu berpuasa dikarenakan sakit atau sudah tua, harus membayar makanan terhadap kaum fakir miskin sebanyak puasa Ramadhan yang tidak dilakukannya. Juga diwajibkan bagi kaum muslimin membayar zakat fitrah yang diberikan kepada kaum fakir miskin seusai bulan Ramadhan, karena pada waktu itu semua kaum muslimin bersuka ria menyambut kedatangan Hari Raya ‘Idul Fitri. Agar kegembiraan dapat merata ke segenap lapisan masyarakat, maka Islam mewajibkan memberikan zakat fitrah kepada orang_orang yang tidak mampu.
E. PUASA DAN SABAR
Puasa Ramadhan ini serupa dengan pompa bensin, karena pada bulan ini jiwa manusia diisi dengan energi yang bisa menggerakkan dalam menempuh perjalanan hidup. Tetapi jenis energi apakah yang dipompakan ke dalam jiwa kita dalam bulan Ramadhan itu?
Jawabannya, tidak lain adalah kesabaran dalam pengertian luas, karena puasa adalah separuh dari kesabaran.[11] Seorang muslim berlaku sabar dalam menahan sengatan lapar, haus, dan meninggalkan kebiasaan_kebiasaannya pada siang hari yang dapat membatalkan puasa Ramadhannya. Ia menahan diri dengan sabar dan sukarela demi melaksanakan perintah Allah. Sukarela dalam bersabar menghadapi tekanan hawa nafsu lebih utama dari pada berlaku sabar karena dipaksa oleh keadaan. Dengan sukarela berarti seseorang menjadi tuan bagi dirinya sendiri, dan lebih mampu dalam menghadapi cobaan_cobaan hidup, yang pada kesudahannya sabar akan meresap ke dalam tulang sumsumnya.
F. PUASA DAN KEKUATAN ROHANI
Di samping menanamkan rasa sabar, puasa Ramadhan juga dapat menempa jiwa seseorang sehingga bersikap cerah, bercahaya dan selalu dekat dengan Allah subahanhu wa ta’ala. Seorang yang melakukan puasa Ramadhan bagaikan Malaikat, jiwanya dipenuhi dengan keluhuran dan akhlaqnya tinggi. Dalam jiwanya terpancar nur rabbani, ibadah adalah reaksinya, sikap yang luhur adalah ciri khasnya, dan ia selalu merasa berada dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, Allah subhaanhu wa ta’ala berfirman sesudah memerintahkan orang_orang yang beriman untuk berpuasa dengan lafadz sebagai berikut:
“Dan apabila hamba-hamba_Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa sannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang berdoa apabila ia berdoa kepada_Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)_Ku dan hendaklah mereka beriman kepada_Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [QS. Al_Baqarah (2): 183] [12]
Kalau kita cermati, seolah_olah susunan urutan ayat tadi memberikan peringatan kepada umat manusia bahwa apabila mereka betul_betul melakukan ibadah puasa Ramadhan, berarti mereka telah siap melakukan munajat dengan Allah.
Apabila kita melakukan puasa Ramadhan dengan sebenar_benarnya, maka dapat menempa budi pekerti seseorang. Dengan puasa Ramadhan seseorang akan membersihkan dirinya dari dosa_dosa dan mampu membiasakan diri untuk taat terhadap Allah. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat lima waktu; dari shalat Jum’at ke shalat Jum’at lainnya; dari bulan Ramadhan ke Ramadhan lainnya adalah merupakan pelebur dosa selagi dosa_dosa besar dijauhi.” [HR. Muslim dan Imam Ahmad]
Kehidupan kita sekarang ini dipenuhi dengan kesibukan_kesibukan. Tentunya hal ini mempunyai pengaruh terhadap selera makan dan kadar makanan yang kita makan. Pada waktu itu, perut kita terus bekerja tanpa hentinya. Anggota pencernaan pun terus bekerja memproses bahan makanan yang sampai ke dalam perut.
Demikian pula pekerjaan_pekerjaan di kantor, sekolah, dan sebagainya akan mengakibatkan banyaknya kadar lemak yang mengendap dalam tubuh kita. Terutama sekali pada urat_urat nadi, yang mengakibatkan anggota_anggota tubuh seseorang cepat rapuh.
Kegemukan, penyakit kencing manis, reumatik, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi dan komplikasi_komplikasi terhadap otak, jantung, mata dan ginjal, semua penyakit tersebut dapat dicega dengan cara berpuasa.
Seseorang yang melakukan puasa Ramadhan berarti mengistirahatkan jantung dan menstabilkan cara kerjanya sehingga semua endapan yang dapat membahayakan tubuh dapat dihilangkan. Puasa Ramadhan juga sangat berfaedah bagi hati dan empedu, karena dapat menghilangkan zat lemak dan dapat menjaga seseorang dari penyakit yang menyerang kedua organ tubuh penting tersebut.
Puasa Ramadhan juga dapat menghindarkan seseorang dari berbagai macam penyakit kulit. Di antara penyakit kulit yang dapat disembuhkan oleh puasa Ramadhan adalah penyakit eksim, allergi, dan bisul.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka puasa Ramadhan berarti mengistirahatkan alat pencernaan dan meringankan cara kerjanya, sehingga perut besar, perut kecil, dan usus dua belas jari dapat terhindar dari berbagai macam gangguan yang akan menimpa di masa_masa mendatang. Namun, semua itu dihubungkan dengan orang yang bertubuh sehat. Tetapi, bagi orang yang terkena penyakit keadaannya berbeda. Untuk itulah Islam telah mengetahui keadaan semacam ini. Allah subahanhu wa ta’ala berfirman,
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui. [QS. Al_Baqarah (2): 184] [13]
Demikianlah, makna puasa Ramadhan yang dapat kita ketahui. Semoga dengan pengetahuan yang singkat ini dapat membuat puasa Ramadhan yang kita lakukan tahun ini dapat lebih bermakna dibandingkan dengan puasa Ramadhan tahun kemarin. Amin ya rabbal ‘alamin..!
Saya memohon kepada Allah Ta’ala dengan nama_nama_Nya yang agung dan sifat_sifat_Nya yang mulia agar menjadikan amalan saya yang sedikit ini menjadi amalan yang berkah dan ikhlash semata_mata karena mengharap wajah_Nya yang mulia, serta menjadi sarana pendekat kepada surga_Nya bagi penulis, pembaca, dan orang_orang yang ikut menyebarkannya.
Saya juga memohon kepada Allah Ta’ala agar tulisan ini bermanfaat bagi saya dan semua orang yang membutuhkannya. Sesungguhnya Allah_lah sebaik_baik tempat untuk memohon dan semulia_mulia tempat untuk berharap.
Saya mencukupkan diri bergantung kepada Allah Ta’ala, karena Dia-lah sebaik-baik pemelihara. Sekali lagi, segala puji milik Allah Ta’ala, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu manusia, yaitu Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan orang_orang yang setia mengikuti beliau dengan baik hingga hari kiamat.
Selamat berpuasa..  semoga puasanya lancar menuju kemenangan..
Mudah-mudahan semua amal ibadah kita diterima Allah sebagai amalan baik & mendapat balasan di akhirat kelak, Insya Allah
AAmiin 

Selasa, 01 Juli 2014

Etika Kehidupan Muslim

Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. 
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
  1. "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114).
     
  2. hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.
     
  3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu. Hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam menyatakan: "Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna". (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
     
  4. Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar. Abu Hurairah Radhiallaahu 'anhu di dalam hadisnya menuturkan : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar".(HR. Muslim)
     
  5. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda". (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
     
  6. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah Radhiallaahu 'anha. telah menuturkan: "Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya". (Mutta-faq'alaih).
     
  7. Menghindari perkataan jorok (keji). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Seorang mu'min itu pencela atau pengutuk atau keji pembicaraannya". (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab Mufrad, dan dishahihkan oleh Al-Albani).
     
  8. Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara. Di dalam hadits Jabir Radhiallaahu 'anhu disebutkan: "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun". Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: "Orang-orang yang sombong". (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani).
     
  9. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain".(Al-Hujurat: 12).
     
  10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.
     
  11. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.
     
  12. Menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan pertentangan.
     
  13. Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang berbicara. Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
    "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan). (Al-Hujurat: 11).

Jangan Mudah Menyerah

Jangan menyerah berusaha
Sayang kebanyakan dari kita hanya bangga dengan masa lalu kita. Tampaknya kita masih menjadikan sejarah sebagai kebanggaan dan kekaguman semata, belum menjadikannya sumber inpirasi untuk melakukan hal yang sama apalagi lebih baik.
Padahal untuk berusaha dibutuhkan kesabaran, keuletan, ketekunan dan kecermatan. Diatas semua itu kita harus berani mengambil resiko, baik resiko salah maupun resiko gagal. Orang yang dihantui perasaan takut salah dan takut gagal tidak mungkin akan berhasil menjadi sukses
Para pemimpin yang  adalah mereka yang berani berinisiartif sekalipun beresiko karena dalam perhitungan mereka berinisiatif atau tidak tetap beresiko.
Bedanya jika berinisiatif kemungkinan berhasil ada dan gagal ada kemungkinan kedua, namun tanpa inisiatif  walau lebih nyaman karena resiko lebih kecil namun kemungkinan berhasil nol alias tidak ada
Dan perlu dicatat bahawa dibalik kesulitan dan penderitaan terdapat kemudahan, ada seribu satu alasan untuk mudur namun ada seribu satu alasan  untuk tetap maju.....
Semoga sukses selalu menyertai orang yang yang beriman dan berusaha amin

Logo Kementerian Kelautan dan Perikanan


Jadwal Piala Dunia 2014


Muhasabah Harian

Umar bin Khottob berwasiat :
“Hizablah dirimu sendiri sebelum kamu dihitung, dan timbang-timbanglah dirimu terlebih dahulu sebelum kamu ditimbang, dan persiap-kanlah untuk menghadapi alam terbuka yang besar (mahsyar).”
Sesungguhnya bentuk ragam jahiliyah yang sedang dihadapi oleh seorang da’i dan muharrik dalam kehidupannya sangat banyak. Ia merasa asing ditengah-tengah kejanggalan dan keruntuhan sendi-sendi masyarakatnya.
Ia merasa semua bentuk kebudayaan asing atau modern adalah menyesatkan dan menenggelamkan nilai-nilai dan akhlaq mulia, serta menyebarkan kekejian dan kehinaan di tengah-tengah masyarakat.
Dengan demikian sangat dihajatkan agar dia mampu mempola jiwanya dan membentenginya dari pengaruh lain terhadap penyelewengan akhlaq. Supaya ia mampu melanjutkan perjalanan da’wah dan jihad dengan mendapat ridlo Allah SWT dan berhasil menghalau segala bentuk kejahiliyahan.
Untuk memcapai ini semua kami berpesan kepada saudara-saudaraku, baik sebagai generasi pemula atau sebagai du’at atau sebagai mas’ul atau lainnya, supaya masing-masing mempunyai janji harian untuk bermuhasabah dan membentuk syahsyiah thoyyibah mujahidah…

Muhasabah harian sekaligus merupakan janji harian adalah sebagai berikut :
1. QIYAMUL LAIL (madrasah ruhiyah) jangan sampai anda lewatkan !
Qiyamul lail adalah sumber kekuatan iman yang tak terbandingkan. Inilah sebenarnya rahasia firman Allah yang menyebutkan :
Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’)    dan bacaan di waktu malam itu lebih berkesan. ” (QS Al Muzammil 6)

Apakah anda selalu menyempatkan diri untuk bangun malam meskipun hanya sebentar? sebagai amal tambahan buat anda, niscaya Allah akan mengangkat anda ketempat yang terpuji. Ataukah anda termasuk orang-orang yang tidur nyenyak lagi lalai? Bukankah saat-saat itu Robbmu turun pada sepertiga akhir malam? Bukankah Dia telah berfirman :
Tidak ada hamba yang memohon ampun (pada saat itu) melainkan Aku mengampuninya, seorang hamba yang berdoa melainkan Aku menjawabnya,  Dan hamba yang meminta kepada Ku melainkan Aku memberinya. “
Kemudian dimanakah anda hai saudaraku? Apakah anda termasuk hamba-   hamba yang disifati oleh Allah dalam firman-Nya :
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya(mengerjakan shalat malam).”
(QS As Sajdah 16) 
“Mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam dan diakhir-akhir malam (waktu sahur) mereka memohon ampun kepada Allah.”
(QS Adz Dzariyat 17-1 8)
“Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Robbnya ? katakanlah “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang-  orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(QS Az Zummar 9 ) 
Imam Thobrani meriwayatkan dalam Al Kabir dari Salman Al Farisi ra, ia berkata : Rosulullah SAW bersabda :
“Hendaklah kamu selalu mengerjakan shalat malam, sebab shalat malam  itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelummu, yang dapat mendekatkan dirimu dengan Robbmu, yang dapat menghapuskan kesalahan- kesalahanmu, dan benteng dari dosa serta menolak masuknya penyakit kedalam badan.”

2. Hai saudaraku, apakah anda selalu menyadari bahwa sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang selalu mengikuti dan meneropong kita di waktu siang dan malam? Dan sesungguhnya mereka berkumpul pada waktu  shalat fajar dan shalat ashar, kemudian mereka naik ke langit, lalu  Allah bertanya kepada mereka, sedang melaksanakan apa hamba-hamba Ku  ketika kau tinggalkan mereka ? Malaikat menjawab : ” Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat (pula).”
Apakah anda selalu menunaikan shalat fajar tepat pada waktunya dengan berjamaah? Lalu anda termasuk orang-orang yang disinyalir oleh Rasulullah  SAW dalam sabdanya :
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam tanggungan Allah SWT,  maka lihatlah hai anak Adam ! Allah tidak akan meminta (kembali) darimu sedikitpun dari tanggungan Nya.“                                          (H.R. Imam Muslim)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata :
Rosulullah SAW bersabda : ”Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang-orang munafiq adalah shalat isya’ dan shalat fajar, kalau seandainya mereka mengetahui apa-apa yang ada didalamnya sungguh mereka akan mendatanginya meskipun harus dengan merangkak…
3. Ketahuilah hai saudaraku, sesungguhnya hatimu itu benar-benar membutuhkan siraman Al Quran yang pasti akan memberikan ketentraman dan ketenangan serta menepiskan segala penyelewengan dan sifat pengecut. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu mempunyai hati yang selalu hidup dan bernilai, berdenyut lagi bergetar.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka. ” (QS Al Anfal 2)
Apakah anda selalu membiasakan membaca dan tadabbur dari lembaran-lembaran muhsaf Al Quran setiap selesai shalat fajar ? Dan apakah anda mengingat Allah dalam keadaan sepi dengan rasa khusu’ sampai air mata anda menetes ? Ataukah anda termasuk orang-orang yang begitu saja dilalui oleh masa yang panjang lalu hati mereka menjadi keras seperti batu yang keras! Saudaraku, tidakkah anda mendengar firman Allah ? 
Sesungguhnya Qur’anul fajr itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS Al Isro’ 7 8)
Tidakkah anda mendengar pula sabda Roasulullah SAW ?
Sesungguhnya orang yang tidak ada didalam rongganya sesuatu dari Al Qur’an maka ia laksana rumah yang runtuh.”   (H.R. Tirmidzi)
Kemudian janganlah anda lupa untuk membaca Al Qur’an dan jadikanlah seakan-akan Al Qur’an itu turun kepada anda yang pertama kali !
4. Ketika anda sudah duduk dimeja hidangan, lalu apakah anda sedikitpun tidak berfikir tentang manfaat makan ? Nikmat dan makanan lezat yang telahdisediakan oleh Allah kepada anda untuk memberikan gizi kepada anda dan menjadikan kekuatan yang menyadarkan anda untuk bersyukur kepada Allah dan mentaatiNya, sehingga anda kuat dan mampu berjihad di jalan Nya ?
Kemudian sudahkan anda meniti kembali sumber-sumber anda didalam mendapatkan makanan dan minuman, apakah sudah benar-benar halal lagi baik ? Dan sudahkan anda    mampu membedakan mana diantaranya yang haram lagi jelek ?
5.   Ketika anda keluar rumah…seharusnya anda mengerti sesungguhnya Islam adalah Ad-Died amali (memerintahkan bekerja), dien sa’yun (mewajibkan usaha) bukan  pengangguran. Sesungguhnya diantara kewajibanmu sebagai pedagang, petani, tukang kayu, tukang pabrik…dan sebagainya.
Lalu apakah hari ini telah menunaikan sebagian kewajiban dari jihad ini, kemudian anda menunaikannya dengan tekun dan ikhlas ?
Sebagai realisasi sabda Rosulullah saw :
Sesungguhnya Allah mencintai orang diantara kamu apabila ia mengerjakan sesuatu pekerjaan, lalu menekuninya. “

Apakah anda sudah mensucikan hasil kerja anda (harta benda) dengan menginfaqkan kepada fuqoro’ maasaqin dan saudara saudara seaqidah anda yang membutuhkan ?
Dan apakah anda telah menunaikan zakat wajib ? dengan demikian anda termasuk orang-orang yang bersyukur ?
Imam Bukhori meriwayatkan dari Miqdad bin Yakrob dari Nabi saw, bahwasannya beliau bersabda :
Tidaklah sama sekali orang itu makan makanan yang lebih baik daripada ia makan dari hasil tangannya sendiri, sesungguhnya Nabi Allah Daud as tidak makan kecuali  dari hasil tangannya (jerih payah) sendiri. “
6.   Sekarang anda berada dijalan raya dan berada di tengah tengah masyarakat yang majemuk lalu apakah anda selalu ber-muqorobah (selalu merasa diawasi Allah)…Apakah ketika anda melihat barang haram, lalu anda memalingkan mata dan menundukkan mata dan segera ber-istighfar kepada Allah, karena anda tahu benar bahwa pandangan mata pertama masih dimaafkan dan pandangan kedua dilaknat ? Lagi pula memandang barang haram itu adalah panah racun di antara sekian panah racunnya iblis la`natulah `alaihi ?
Apakah ketika ada seorang wanita yang berkedudukan, cantik lagi molek memanggil- manggil anda untuk melakukan kemaksiatan semu, lalu secepatnya anda menolak seraya berkata: “Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”  Kemudian anda mengulang-ulang  firman Allah swt : 
Wahai Robku, penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka (wanita- wanita) kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka  tentu aku akan cenderung untuk memenuhi keinginan mereka dan tentulah aku  termasuk orang-orang yang bodoh. “                     (QS Yusuf 33)

Apakah ketika anda berdagang itu mencari yang halal, meski hasilnya sedikit? Apakah anda melalaikan diri untuk mengambil pelajaran dari orang yang menyelisihi syari’at Allah ?
Apakah anda sudah merasakan bahwa setiap tingkah laku anda tetap diawasi oleh  Allah ? ataukah anda termasuk orang yang merasa diawasi tapi tetap melanggar,    sebab anda mengira umur anda masih panjang ? Apakah semua itu sudah anda timbang dengan neraca Islam ? apakah anda memulai dan segera memulai menundukan syahwat dan subhat, sehingga anda menjadi orang-orang yang bertaqwa ?
7.   Sekarang kepada diri sendiri tentang berapa banyakkah amal-amal islami yang sudah anda lakukan ? Apakah ikhwan dan akhwat anda adalah merasakan atsar amal islami  anda ketika bergaul dengan mereka ? Apakah anda sudah berziaroh/berkunjung kepada  mereka dirumahnya demi menguatkan ukhuwah dan membangkitkan fikroh dan harakah ? Di antara kewajiban anda adalah bergerak  (berdakwah dan harokahnya) pada setiap tempat dan kesempatan, dan akan mampu meninggalkan asas islami kepada setiap orang yang anda tinggalkan dan ingatlah selalu sabda Rosulullah saw :
” Sesungguhnya Allah memberikan hidayah kepada satu orang lantaran (dakwah) kamu, itu lebih baik dari pada dunia seisinya.”
Sungguh anda mempunyai waktu-waktu senggang diluar jadwal pekerjaanmu…Dan  kewajibanmu adalah meluangkan waktu untuk berdakwah…Waktu laksana pisau jika  tidak engkau pergunakan memotong, niscaya ia akan memotongmu. Dalam hal ini Rosulullah saw berwasiat :
Sebaik-baiknya pemberian adalah kalimat haq yang kamu dengar kemudian kamu membawanya kepada saudaramu sesama muslim, lalu kamu mengajarkannya kepadanya.”                                                            (Riwayat Thobroni)
Ibnu Muslim meriwayat dalam shohihnya dari Abu Hurairah ra. bahwasannya Rosulullah saw bersabda :
Barangsiapa berdakwah kepada petunjuk, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan  barangsiapa yang berdakwah kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka.”

9.   Sekarang bertanyalah kepada dirimu tentang waktu yang anda telah persiap-  kan untuk mencurahkan dan berkurban di jalan Allah. Sesungguhnya beban berat  selalu menghalangi anda, dengan demikian mampukan anda meringankan beban- beban berat tersebut Dan membebaskan diri dari belenggu kekuatan selain keku-atan Allah ?
Takut menghadapi resiko hidup adalah memberatkan anda dan menjadikan anda memilih duduk dari pada jihad fisabilillah.. Semua itu harus anda bebaskan !!
Takut kehilangan materi adalah memberatkan anda dan membuat anda absen dari medan dakwah. Islam wajib membebaskan !
Cinta kepada istri, anak, sanak keluarga kadang-kadang menghalangi dakwah anda, maka berpalinglah dari kekuatan mereka !!
Sesungguhnya anda harus memprioritaskan masalah Islam di atas semua masa-lah, dan menundukkan hawa nafsumu dalam rangka mengikuti syar’i, sehingga menjadi siap dan selalu siap mati syahid dijalan Allah.
Iman Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa ra,   ia berkata :
Rosulullah saw bersabda :
Ketahuilah sesungguhnya syurga berada di bawah naungan pedang.”
Imam Muslim meriwayatkan dalam shohihnya dari Uqbah bin Amir ra, ia ber- kata : Saya mendengar Rosulullah saw berkutbah diatas mimbar :
Dan persiapkanlah olehmu (untuk menghadapi musuh) apa saja yang kamu mampu dari kekuatan…ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar (memanah) …ketahuilah bahwa quwwah itu adalah melempar (memanah)… ketahuilah bahwa quwwah itu adalah melempar memanah)..
10.   Terakhir tapi bukan yang akhir tentang apa yang dalam badanmu…apa    kewajibanmu kepadanya ? Bukankah anda berkewajiban untuk memberi gizi   halal lagi bersih kepadanya sehingga ia menjadi kuat dan ulet lagi mampu membawa beban-beban perjalanan panjang dan jihad fisabilillah ? Sebenarnya anda harus mengerti bahwa orang mukmin yang kuat itu lebih baik dibanding-kan seorang mukmin yang lemah, dalam segala hal lebih unggul. 
Apakah pagi ini anda telah menunaikan olah raga badan yang teratur ?
Apakah anda sudah dan punya niat untuk segera meninggalkan hal-hal yang  menghancurkan dan melemahkan badan ? Lalu anda berlaku adil kepadanya baik pada waktu bergadang, makan ,minum dan anda mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok, menikmati teh dan kopi ?
Sesungguhnya bagi dirimu hai saudaraku untuk mempersiapkan diri menjadi jundi (tentara) dalam ma’rokatul Islam. Yakinlah sesungguhnya Allah adalah  wali (penolong) orang-orang yang sholih dan selalu membimbing mereka menuju jalan yang satu/sama.
wassalaamu’alaikum wr.wb



DOKTER DI BARAT PELIT BERI OBAT

Malik tergolek lemas. Matanya sayu. Bibirnya pecah-pecah. Wajahnya kian tirus. Di mataku ia berubah seperti anak dua tahun kurang gizi. Biasanya aku selalu mendengar celoteh dan tawanya di pagi hari. Kini tersenyum pun ia tak mau. Sesekali ia muntah. Dan setiap melihatnya muntah, hatiku tergores-gores rasanya. Lambungnya diperas habis-habisan seumpama ampas kelapa yang tak lagi bisa mengeluarkan santan. Pedih sekali melihatnya terkaing-kaing seperti itu.
Waktu itu, belum sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak juga ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dokter Knol namanya. “Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection.” kata dokter tua itu.
“Ha? Just wait and see? Apa dia nggak liat anakku dying begitu?” batinku meradang. Ya…ya…aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain. Dikasih obat juga enggak! Huh! Dokter Belanda memang keterlaluan! Aku betul-betul menahan kesal.
“Obat penurun panas Dok?” tanyaku lagi. “Actually that is not necessary if the fever below 40 C.”
Waks! Nggak perlu dikasih obat panas? Kalau anakku kenapa-kenapa memangnya dia mau nanggung? Kesalku kian membuncah.
Tapi aku tak ingin ngeyel soal obat penurun panas. Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat jenis lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter disini pelit obat. Karena itu aku membawa setumpuk obat-obatan dari Indonesia, termasuk obat penurun panas.
Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya juga bertambah. Aku segera kembali ke dokter. Tapi si dokter tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium baru akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.
“Anakku ini suka muntah-muntah juga Dok,” kataku. Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. “Apakah dia sudah minum suatu obat?”
Aku mengangguk. “Ibuprofen syrup Dok,” jawabku.
Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,”Kenapa kamu kasih syrup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja.”
Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku betul-betul jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau! Nah kalau buat anak nggak baik kenapa di Indonesia obat itu bertebaran! Batinku meradang.
Untungnya aku masih bisa menahan diri. Tapi setibanya dirumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku.”Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya je. Mau 37 keq, 38 apa 39 derajat keq, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Sirup ibuprofen juga dikasih koq ke anak yang panas, bukan cuma parasetamol. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!” Seperti rentetan peluru, kicauanku bertubi-tubi keluar dari mulutku.
“Mana Malik nggak dikasih apa-apa pulak, cuma suruh minum parasetamol doang, itu pun kalau suhunya diatas 40 derajat C! Duuh memang keterlaluan Yah dokter Belanda itu!”
Suamiku menimpali, “Lho, kalau Mama punya alasan, kenapa tadi nggak bilang ke dokternya?”
Aku menarik napas panjang. “Hmm…tadi aku sudah kadung bete sama si dokter, rasanya ingin buru-buru pulang saja. Tapi…alasannya apa ya?”
Mendadak aku kebingungan. Aku akui, sewaktu praktek menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek apa yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi hanya secuil-secuil ilmu yang kudapat. Persis seperti orang yang katanya travelling keliling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, lalu dua hari pergi ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas beberapa hari berdiam di Berlin dan Swiss, kemudian waktu habis. Tibalah saatnya pulang lagi ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama saja. Masih banyak sekali negara dan kota-kota di Eropa yang belum disambanginya. Dan itu lah yang terjadi pada kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah kadang-kadang apa yang sudah kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng seperti dokter-dokter senior, akhirnya kami pun sering mengintip resep ajian senior!
Setelah Malik sembuh, beberapa minggu kemudian, Lala, putri pertamaku ikut-ikutan sakit. Suara Srat..srut..srat srut dari hidungnya bersahut-sahutan. Sesekali wajahnya memerah gelap dan bola matanya seperti mau copot saat batuknya menggila. Kadang hingga bermenit-menit batuknya tak berhenti. Sesak rasanya dadaku setiap kali mendengarnya batuk. Suara uhuk-uhuk itu baru reda jika ia memuntahkan semua isi perut dan kerongkongannya. Duuh Gustiiii…kenapa tidak Kau pindahkan saja rasa sakitnya padaku Nyerii rasanya hatiku melihat rautnya yang seperti itu. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia pada putriku. Tapi batuknya tak kunjung hilang dan ingusnya masih meler saja. Lima hari kemudian, Lala pun segera kubawa ke huisart. Dan lagi-lagi dokter itu mengecewakan aku.
“Just drink a lot,” katanya ringan.
Aduuuh Dook! Tapi anakku tuh matanya sampai kayak mata sapi melotot kalau batuk, batinku kesal.
“Apa nggak perlu dikasih antibiotik Dok?” tanyaku tak puas.
“This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik,” jawabnya lagi.
Ggrh…gregetan deh rasanya. Lalu ngapain dong aku ke dokter, kalo tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq! omelku dalam hati.
“Lalu Dok, buat batuknya gimana Dok? Batuknya tuh betul-betul terus-terusan,” kataku ngeyel.
Dengan santai si dokter pun menjawab,”Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak koq.”
Hmm…lumayan lah… kali ini aku pulang dari dokter bisa membawa obat, walau itu pun harus dengan perjuangan ngeyel setengah mati dan walau ternyata isi obat Thyme itu hanya berisi ekstrak daun thyme dan madu.
“Kenapa sih negara ini, katanya negara maju, tapi koq dokternya kayak begini.” Aku masih saja sering mengomel soal huisart kami kepada suamiku. Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Jadi yang ada di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia. Di Indonesia, anak-anakku punya langganan beberapa dokter spesialis anak. Dokter-dokter ini pernah menjadi dosenku ketika aku kuliah. Maklum, walaupun aku lulusan fakultas kedokteran, tapi aku malah tidak pede mengobati anakanakku sendiri. Dan walaupun anak-anakku hanya menderita penyakit sehari-hari yang umum terjadi pada anak seperti demam, batuk pilek, mencret, aku tetap membawa mereka ke dokter anak. Meski baru sehari, dua atau tiga hari mereka sakit, buru-buru mereka kubawa ke dokter. Tak pernah aku pulang tanpa obat. Dan tentu saja obat dewa itu, sang antibiotik, selalu ada dalam kantong plastik obatku.
Tak lama berselang putriku memang sembuh. Tapi sebulan kemudian ia sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini termasuk ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit. Karena khawatir ada yang tak beres, lagi-lagi aku membawanya ke huisart.
“Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya, kenapa ya Dok.?
Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya,huisart-ku menjawab,”Nothing to worry. Just a viral infection.”
Aduuuh Doook… apa nggak ada kata-kata lain selain viral infection seh! Lagilagi aku sebal.
“Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok,” aku ngeyel seperti biasa.
Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. “Do you know how many times normally children get sick every year?”
Aku terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. “enam kali,” jawabku asal.
“Twelve time in a year, researcher said,” katanya sambil tersenyum lebar. “Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat,” sambungnya.
Glek! Aku cuma bisa menelan ludah. Dijawab dengan data-data ilmiah seperti itu, kali ini aku pulang ke rumah dengan perasaan malu. Hmm…apa aku yang salah? Dimana salahnya? Ah sudahlah…barangkali si dokter benar, barangkali memang aku yang selama ini kurang belajar.
Setelah aku bisa beradaptasi dengan kehidupan di negara Belanda, aku mulai berinteraksi dengan internet. Suatu saat aku menemukan artikel milik Prof. Iwan Darmansjah, seorang ahli obat-obatan dari Fakultas Kedokteran UI. Bunyinya begini: “Batuk – pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 – 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 – 3 minggu selama bertahun-tahun.” Wah persis seperti yang dikatakan huisartku, batinku. Dan betul anak-anakku memang sering sekali sakit sewaktu di Indonesia dulu.
“Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya,” Lanjut artikel itu. “Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 – 3 minggu dan perlu berobat lagi.
Lingkaran setan ini: sakit –> antibiotik-> imunitas menurun -> sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun.”
Hwaaaa! Rupanya ini lah yang selama ini terjadi pada anakku. Duuh…duuh..kemana saja aku selama ini sehingga tak menyadari kesalahan yang kubuat sendiri pada anak-anakku. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho! Masa sih aku tak percaya kepada mereka. Dan rupanya, setelah di Belanda ‘dipaksa’ tak lagi pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak sehari-hari, sekarang kondisi anak-anakku jauh lebih baik. Disini, mereka jadi jarang sakit, hanya diawal-awal kedatangan saja mereka sakit.
Kemudian, aku membaca lagi artikel-artikel lain milik prof Iwan Darmansjah. Dan di suatu titik, aku tercenung mengingat kata-kata ‘pengobatan rasional’. Lho…bukankah dulu aku juga pernah mendapatkan kuliah tentang apa itu pengobatan rasional. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yang selama ini kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan pada anak-anakku, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan seperti, batuk, pilek, demam, mencret, aku sudah panik dan segera membawa anak ke dokter, serta sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional! Hmm… kalau begitu, sistem kesehatan di Belanda adalah sebuah contoh sistem yang menerapkan betul apa itu pengobatan rasional.
Belakangan aku pun baru mengetahui bahwa ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga di banyak negara termasuk Amerika Serikat, ibuprofen dipakai secara luas untuk anakanak. Tetapi karena resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen juga tersedia di apotek dan boleh digunakan untuk usia anak diatas 6 bulan, namun di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama pada anak yang mengalami demam. “Duh, untung ya Yah aku nggak bilang ke huisart kita kalo aku ini di Indonesia adalah seorang dokter. Kalo iya malu-maluin banget nggak sih, ketauan begonya hehe,” kataku pada suamiku.
Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan, ceritanya bisa lain. Karena kekurangan dan ketidakmampuan, untuk kasus penyakit anak sehari-hari, orang-orang desa itu malah relatif ‘terlindungi’ dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar, yang cukup berduit, sudah melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Batuk pilek sedikit ke dokter, demam sedikit ke dokter, mencret sedikit ke dokter. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, ‘memaksa’ agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter ‘menjual’ obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.
Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi?
Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya? Uh! Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh!
Tapi yang pasti kini aku sadar…telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya ‘hanya’ untuk konsultasi, memastikan diagnosa penyakit anakku dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja.
Tapi di Indonesia, bukankah paradigma yang masih kerap dipegang adalah ke dokter = dapat obat? Sehingga tak jarang dokter malah tidak bisa bertindak rasional karena tuntutan pasien. Aku juga sadar sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi. Intinya, sistem kesehatan yang ada di Indonesia saat ini membuat dokter menjadi sulit untuk bersikap rasional.
Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Ah rasanya percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya. Menunjuk siapa yang salah pun tak ada gunanya. Tapi kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Yang pasti, sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Siapa bilang pasien tak punya kekuatan untuk merubah sistem kesehatan? Setidaknya, bila pasien ‘bergerak’, masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan.